Ibnu Rajab berkata,
“Para ulama salafush sholih biasa bersungguh-sungguh dalam menyempurnakan amal
dan bersungguh-sungguh ketika mengerjakannya. Setelah itu, mereka sangat
berharap amalan tersebut diterima dan khawatir bila tertolak. Merekalah yang
disebutkan dalam ayat,
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ
وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang
yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang penuh khawatir,
(karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka”
(QS. Al Mu’minun: 60).”
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu mengatakan, “Mereka para salaf begitu berharap agar amalan-amalan
mereka diterima daripada banyak beramal. Bukankah engkau mendengar firman Allah
Ta’ala,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya
Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al Ma-idah: 27)”
Dari Fadholah bin
‘Ubaid, beliau mengatakan, “Seandainya aku mengetahui bahwa Allah menerima
dariku satu amalan kebaikanku sekecil biji saja, maka itu lebih kusukai
daripada dunia dan seisinya, karena Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya
Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.
(QS. Al Ma-idah: 27)”
Malik bin Diinar
mengatakan, “Tidak diterimanya amalan lebih kukhawatirkan daripada banyak
beramal.”
Abdul Aziz bin Abi
Rowwad berkata, “Saya menemukan para salaf begitu semangat untuk melakukan
amalan sholih. Apabila telah melakukannya, mereka merasa khawatir apakah amalan
mereka diterima ataukah tidak.”
‘Umar bin ‘Abdul Aziz
berkhutbah pada hari raya Idul Fithri, “Wahai sekalian manusia, kalian telah
berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah melaksanakan shalat tarawih setiap
malamnya. Kalian pun keluar dan memohon pada Allah agar amalan kalian diterima.
Namun sebagian salaf malah bersedih ketika hari raya Idul Fithri.
Dikatakan kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh
kebahagiaan.” Mereka malah mengatakan, “Kalian benar. Akan tetapi aku adalah
seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku untuk beramal, namun aku
tidak mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah tidak.
Adakah yang yakin
amalannya di bulan ini diterima …
Shalat tarawih yang
dilakukan setiap malam, yakinkah diterima?
Tadarus Al Qur’an
setiap malamnya, yakinkah diterima?
Sedekah dan buka
puasa, yakinkah diterima?
Kita hanya bisa
berharap dan perbanyak do’a, moga Allah menerima setiap amalan kita di bulan
Ramadhan dan memperjumpakan kita kembali dengan bulan penuh barokah ini.
Sebagian ulama salaf
ada yang berkata, “Para salaf biasa memohon kepada Allah selama enam bulan agar
dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka
memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima.”
Selamat Jalan Ramadhan
Wahai hamba Allah,
bulan Ramadhan telah bersiap-siap untuk berangkat.
Tidak ada lagi yang
tersisa kecuali saat-saat yang singkat.
Barangsiapa yang
telah melakukan kebaikan selama ini, hendaklah ia menyempurnakannya.
Barangsiapa yang
malah sebaliknya, hendaklah ia memperbaikinya dalam waktu yang masih tersisa.
Karena ingatlah amalan itu dinilai dari akhirnya.
Manfaatkanlah
malam-malam dan hari-hari Ramadhan yang masih tersisa,
Serta titipkanlah
amalan sholih yang dapat memberi kesaksian kepadamu nantinya di hadapan Al
Malikul ‘Alam (Sang Penguasa Hari Pembalasan).
Lepaskanlah kepergian
(bulan Ramadhan) dengan ucapan salam yang terbaik:
“Salam dari Ar-Rahman (Allah) pada setiap zaman.
Atas sebaik-baik bulan yang hendak berlalu.
Salam atas bulan di mana puasa dilakukan.
Sungguh ia adalah bulan yang penuh rasa aman dari
Ar-Rahman.
Jika hari-hari berlalu tak terasakan.
Sungguh kesedihan hati untuk tak pernah hilang.”
Di mana kepedihan (dan kesedihan) orang-orang yang
bersungguh-sungguh di siang hari Ramadhan? Di manakah duka orang-orang yang
shalat pada waktu malam?
Jika demikian keadaan orang-orang yang telah
mendapatkan keuntungan selama Ramadhan, bagaimanakah keadaan orang-orang yang
telah merugi pada siang dan malam?
Apakah manfaat tangisan mereka yang melalaikan bulan
Ramadhan ini, sementara musibah yang akan menimpanya demikian besar?
Betapa banyak nasihat telah diberikan kepada orang
yang malang, namun tidak juga memberikan manfaat untuknya.
Betapa banyak ia telah diajak untuk melakukan
perbaikan, namun ia tidak juga menyambutnya.
Betapa sering ia menyaksikan orang-orang yang
mendekatkan diri kepada-Nya, namun ia sendiri malah semakin jauh dari-Nya.
Alangkah seringnya berlalu dihadapannya rombongan
orang-orang yang menuju kepada-Nya, sedangkan dia hanya duduk berpangku tangan
(malas beribadah).
Hingga setelah waktu menyempit dan kemurkaan-Nya telah
membayang,
Ia pun menyesali kelalaiannya pada saat penyesalan
tidak lagi bermanfaat dan kesempatan untuk memperbaiki keadaan telah
menghilang.
Wahai bulan Ramadhan.
Berikanlah belas kasihmu, sementara air mata para
pencinta mengalir dengan deras.
Hati mereka (gundah) akibat kepedihan perpisahan
terbuai,
semoga detik-detik perpisahan akan memadamkan api
kerinduan yang membara.
Semoga saat-saat taubat akan melengkapi kekurangan
puasa yang dilakukan.
Semoga pula orang-orang yang telah ketinggalan segera
menyusul dan bersama.
Semoga para tawanan dosa segera dilepaskan,
Dan semoga orang (Islam) yang telah dinyatakan masuk
Neraka segera dibebaskan.
Selamat jalan Ramadhan.
Semoga Allah memudahkan kita bersua kembali dan moga
amalan kita pun diterima di sisi Allah.
Wallahumuwafiq
Illasyabilirrosyad
0 komentar:
Posting Komentar